Jakarta, 26 September 2024 – Pasar global kelapa terus tumbuh pesat, didorong
oleh penggunaan komoditas tersebut di berbagai industri, seperti kosmetik,
makanan dan minuman, hingga farmasi. Indonesia, yang merupakan produsen terbesar di dunia, menyumbang 27% dari total produksi global (IUCN: 2022), sekitar 17,19 juta metrik ton per tahun, diikuti
oleh Filipina sekitar 14,77 juta metrik ton per tahun, dan India dengan 14.68 juta metrik
per tahun (Statista, 2023). Namun, peningkatan permintaan ini telah mendorong
ekspansi perkebunan kelapa yang sering kali mengorbankan kawasan hutan,
mengakibatkan penurunan keanekaragaman hayati dan kerusakan ekosistem.
Pada
tahun 2018, The International Union for Conservation of Nature (IUCN) mencatat bahwa sekitar 9.159 hektar lahan di Indonesia terancam mengalami
deforestasi akibat pertanian kelapa. Hal ini semakin memperburuk krisis iklim dengan mengurangi kapasitas hutan
dalam menyerap karbon dioksida, yang merupakan salah satu penyumbang utama
pemanasan global. Selain dampak lingkungan, kerentanan ekonomi petani
kelapa kecil menjadi tantangan signifikan. Penelitian dari IntechOpen tentang rantai nilai pertanian mengungkapkan bahwa banyak petani kelapa di
daerah seperti Sulawesi Utara dan Riau memiliki status sosial-ekonomi yang berada
di bawah garis kemiskinan, dengan pendapatan kurang dari Rp3.000.000,- per
kapita per tahun.
Petani kelapa sering kali menghadapi keterbatasan
akses terhadap bibit unggul, alat pertanian berkelanjutan, dan layanan
keuangan, membuat mereka bergantung pada tengkulak untuk menjual hasil panen
dengan harga rendah. Situasi ini memperburuk ketidakstabilan ekonomi mereka.
Selain itu, minimnya pelatihan terkait pertanian berkelanjutan menghambat upaya
meningkatkan produktivitas dan penerapan praktik ramah lingkungan. Untuk
mengatasi tantangan ini, diperlukan solusi yang menyeluruh dan kolaboratif guna
melakukantransformasi sektor kelapa yang keberlanjutan.
KOLTIVA berada di garda depan dalam melakukan transformasi
industri kelapa dengan menyediakan dukungan menyeluruh kepada para pelaku usaha
dan produsen. Inisiatif tersebut bertujuan memastikan para produsen kelapa
mendapatkan pelatihan, pembinaan, dan sertifikasi dalam pertanian
berkelanjutan, memungkinkan mereka meningkatkan pendapatan dengan menghasilkan
produk kelapa berkualitas lebih tinggi dan berkelanjutan. Melalui platform ketertelusuran,
KoltiTrace MIS, KOLTIVA menyediakan wawasan mendalam bagi pelaku usaha kelapa
dengan memantau produksi dari hulu hingga hilir. Tersedianya platform tersebut memberikan
gambaran menyeluruh, mencakup demografi produsen, produktivitas, kemajuan
pelatihan, transaksi, bibit kelapa, serta metrik lingkungan dan sosial.
Platform
ini juga mendukung kemampuan pemetaan penuh, termasuk semua poligon lahan
pertanian, lokasi produsen dan pengolah, pos pembelian, dan pelaku lainnya di dalam
rantai pasokan. KoltiTrace MIS mampu menunjukkan kawasan lindung,
serta peringatan ketika produsen berada di area yang terlarang, sehingga
memungkinkan pemantauan komitmen penghentian (nol) deforestasi atau perubahan
ekosistem alami, seperti NDPE (No
Deforestation, No Peat, and No Exploitation).
KoltiTrace
MIS (FarmXtension) juga dilengkapi dengan aplikasi seluler untuk mendukung implementasi
oleh tim lapangan dan agronomis untuk melakukan pengumpulan data,
memastikan pengawasan penuh terhadap aktivitas penanaman, kondisi pohon, dan
volume panen. Data-data penting ini memungkinkan perusahaan untuk membuat
keputusan yang terinformasi, mengembangkan strategi yang efektif, serta
mengambil langkap yang tepat.
Sebagai pelopor inovasi di sektor pertanian, KOLTIVA meluncurkan aplikasi
FarmCloud yang merupakan bagian dari ekosistem KoltiTrace MIS. Aplikasi ini
membantu petani kelapa dalam manajemen pertanian, pelatihan, dan pemantauan
produktivitas secara terpadu. Dilengkapi dengan KoltiPay, petani dapat
melakukan transaksi keuangan secara aman dan efisien, menerima pembayaran
elektronik, serta membeli input pertanian seperti bibit dan alat. Selain itu,
KoltiPay juga menyediakan akses ke layanan keuangan seperti tabungan,
pembiayaan, dan asuransi tanaman, memberdayakan petani untuk meningkatkan
ketahanan finansial mereka.
KOLTIVA juga mendukung kios-kios pedesaan melalui aplikasi FarmRetail,
memungkinkan mereka mengelola toko daring, memperbarui stok, dan menangani
transaksi seperti sistem POS. Kios-kios dapat membeli produk langsung dari
distributor terpercaya, memperluas akses pasar. Sementara itu, aplikasi
FarmGate memberdayakan pos pembelian dan pedagang dengan manajemen rantai
pasokan yang lebih efisien, memastikan semua data transaksi, inventaris, dan
pergerakan kelapa tercatat dengan transparan melalui dasbor KoltiTrace.
Fachreza Hidayat, Head of Sector di KOLTIVA,
menjelaskan, “Kami bekerja
sama untuk mendukung perusahaan dalam membangun rantai pasokan yang tertelusur
sehingga mereka dapat lebih memahami kebutuhan produsen dan mengembangkan
inisiatif untuk mendukung mata pencaharian mereka serta menghasilkan produk
kelapa yang berkelanjutan. Bersama dengan mitra kami, kami mengembangkan
inisiatif yang secara langsung mendukung produsen dengan keterampilan dan
sumber daya untuk menghasilkan kelapa berkualitas tinggi sehingga mereka dapat
memperoleh akses pasar yang lebih baik.”
Guna
perkuat komitmen terhadap produksi kelapa yang bertanggung jawab, Manfred
Borer, CEO dan Co-Founder KOLTIVA, menegaskan, “Kami telah bekerja sama dengan agribisnis
terkemuka di 65 negara dan lebih dari 58 sektor, termasuk industri kelapa di
Indonesia. Sebagai pemimpin dalam platform ketertelusuran rantai pasok kelapa
global, kami menyadari betapa pentingnya transparansi dan ketertelurusan.
Namun, mengintegrasikan teknologi dari perkebunan hingga pengolahan tetap merupakan
tantangan besar. Dengan bergabungnya kami ke dalam kerjasama
multi-pihak bersama Sustainable Coconut
Partnership (SCP), menegaskan komitmen kami untuk membantu bisnis meningkatkan
standar tanggung jawab lingkungan sekaligus meningkatkan kesejahteraan petani
kelapa di seluruh dunia.”
Manfred
melanjutkan, “Selain itu, kami
berkomitmen pada prinsip perdagangan yang adil dan sumber daya yang etis
sebagai bagian dari upaya kami untuk membangun rantai pasokan yang transparan
dan berkelanjutan. Prinsip-prinsip ini tidak hanya mendorong kami untuk
memenuhi permintaan pasar, tetapi juga untuk memberikan dampak positif pada
komunitas dan ekosistem di mana kami beroperasi.”
Sustainable
Coconut Partnership (SCP) menawarkan praktik terbaik industri dan
program-program berpengaruh untuk menghadapi tantangan kompleks mencapai keberlanjutan
sektor kelapa. SCP memfasilitasi anggotanya dalam konsultasi sektoral untuk
mengembangkan alat yang meningkatkan transparansi dan jaminan keberlanjutan.
Selain itu, SCP mendorong kolaborasi, menciptakan komunitas profesional terbesar
di sektor swasta yang fokus pada peningkatan kesejahteraan petani dan mendukung
produksi kelapa berkelanjutan dalam skala besar.
Dalam
kolaborasi ini, Direktur Eksekutif Sustainable Coconut Partnership (SCP), Gregory Bardies, menyatakan,
“Saya menyambut baik bergabungnya KOLTIVA dalam misi kami untuk memajukan
sektor kelapa yang bertanggung jawab dan tangguh. Kita membutuhkan lebih banyak agribisnis digital
yang inovatif untuk membantu produsen beralih ke praktik produksi yang
berkelanjutan dan sumber daya yang lebih transparan. KOLTIVA telah terbukti
menjadi pelopor inovatif tersebut dalam berbagai rantai pasokan.”